Review: Archangel's Blade



Archangel's Bladeby Nalini Singh

My rating: 5 of 5 stars

Sebenernya pingin baca seri guild hunter ini dari awal, dari nomor 1, tp apa daya di rental adanya nomor 4 dan aku udh penasaran jadi baca ajalah.

Errrr ini novel yang amat-sangat memilukan demi apaaaaa. Aku nggak bisa berhenti dibuat nangis sama masa lalunya Dmitri yang parah itu huhu. Ini aja aku nulis reviewnya kayak mau nangis lagi, sumpah sedih banget. Rasanya kayak baca novel sad ending.

Yap. Ini novel jenis sad-happy ending karena kita akan disuguhkan oleh dua buah cerita, dimana yang satu berakhir tragis, dan yang kedua berakhir happy ending. Dan yang tragis itu bikin mrinding waktu bacanya. Dmitri yang seorang vampir sudah hidup 1000 tahun tanpa pernah sekalipun melupakan keluarga kecil yang ia bentuk meskipun sekarang ia sudah menjadi makhluk berdarah dingin dan tidak punya hati. Masa lalu yang kejam yang melibatkan keluarganya ini membuatnya menyimpan luka itu dan membuatnya memiliki hati yang tidak bisa ditembus oleh siapapun, hingga Honor muncul dengan mata hijaunya. Dengan kelembutan yang membuat ingatan masa lalunya kembali menghantunya, kenangan2 indahnya dengan istri dan anak2nya, begitu pula kenangan paling kejam dalam hidupnya.


Pokoknya ini novel sedih banget deh, sadis abis. Untung yaa untuuuung aja novel ini punya dua poin menarik yang bikin aku nggak jemu atau kesal sama novel ini. Pertama, kehadiran masa lalu Dmitri dimunculkan sedikit-sedikit, tidak dijadikan cerita yang diletakkan di awal. Sehingga kitalah yang akan memasang puzzle puzzle masa lalu. Dan masa lalu itu juga dihadirkan dengan cara yang menarik sehingga kita menjadikannya sebagai satu cerita utuh yang takbisa dipisahkan. Bahkan masa lalu itu menghadirkan emosi2 yang bikin kita suka sama ingrede, sampe bingung kita mau milih Ingrede dan Honor.

Yang kedua, kejutan bahwa ternyata Honor adalah.... Well, kejutan mengenai siapa honor membuat masa lalu itu bukan sebagai sebuah pengganggu. Sejujurnya ya, ada beberapa cerita yang nggak sesuai ekspektasi, yang bikin aku berharap lebih dari novel. Endingnya yang dibuat sebagai twist dan emosi terlalu sedikit menurutku, padahal sebenarnya bisa dibikin lebih menggebu gebu lagi. Dmitri juga terlalu cepat menerima Honor di akhirnya, dan Honor juga terlalu cepat menerima dirinya sendiri. Walaupun puzzlenya udah diceritakan sejak awal sih, tapi puzzle itu sayangnya nggak dieksekusi lebih jauh jadinya akhirnya jadi agak cepat.

Anyway, apapun keluhanku, aku tetep nggak bisa nurunin bintang-bintangku dari angka 5, karena toh aku tetep dibuat berderai air mata. Nalini emang bisa aja bikin aku nggak bisa nggak nangis. Cerita-cerita yang dihadirkan olehnya terlalu memilukan dan rasanya sulit kalo ini udah habis gitu aja. Huaaaa rasanya pingin banget baca kisah Honor Dmitri lagi setelah mereka lama berpisah, sungguh, aku kayaknya perlu ditegasin lagi kalo mereka udah kepisah lama.

Oh dan satu lagi. Ada momen yang paliiing aku suka dan paling mengaduk emosi. Yaitu dibagian ketika Dmitri liat ada padang bunga liar di pintu kamar Honor dan marah banget sampe2 bikin Honor kehilangan kendalinya. Saat tahu bahwa Dmitri sadar dia sudah menyakiti Honor dan bagaimana dia minta maaf sama Honor, aaaak sedih sekaligus tersentuh banget sama momen itu. Ngingetin aku sama Fifty Shades of Grey banget. Cuma berharap momen itu ada lagi sih. Kuat banget deh disitu emosinya men. Rasanya aku bakalan baca reread novel ini deh suatu hari nanti, atau beli bukunya cuma biar bikin aku nangis lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Menyelami Seni dalam Kejiwaan pada buku "Psikologi Seni"

The Magic Of You by Johanna Lindsey (Malory-Anderson Family #4)

Devil in Winter (Wallflowers #3)