Review: The 5 AM Club: Own Your Morning. Elevate Your Life

The 5 AM Club: Own Your Morning. Elevate Your Life The 5 AM Club: Own Your Morning. Elevate Your Life by Robin S. Sharma
My rating: 5 of 5 stars

short review dulu ya, besok aku bikin panjangannya karena jujur banyak sih yang mau aku bilang tentang buku ini,

tapi secara singkat, buku ini adalah buku yang direkomendasikan dan aku udah ngebet dari dulu pingin baca. Waktu udah kesampaian beli aku gak langsung baca, karena sadar kok kemasannya kayak novel.

Secara novel, buku ini nggak cocok sih jadi novel. Aneh aja gitu. Entah apakah karena terjemahannya atau gimana, tapi ketika masuk ke cerita fiksinya rasanya aku agak cringe gitu. Aneh aja, tokohnya jatuh cinta tapi masa masih Saya dan Anda cara nyapanya, kan aneeeh buat aku.

Tapi disisi lain, disisi personal developmentnya, buku ini parah sih, bagus banget. Solutif abis, dari mulai tentang morning routine, terus tujuan-tujuan setiap agenda, semuanya lengkap. Oke, besok aku bahas lagi ya.


Lanjut (8 Jun 2020)

Aku dulu nggak pernah menobatkan diriku sebagai pembaca buku non fiksi. Aku selalu menyadari bahwa kemampuanku membaca hanya bisa berkisar pada buku-buku fiksi terutama romance.

Rasanya membaca buku-buku motivasi, pengembangann diri, inspirasai, dan semacamnya itu terlalu halu bagiku. Rasanya terlalu tidak sampai untuk kujangkau dengan akalku.

Hingga satu tahun yang lalu, seusai membaca buku dari Merry Riana yang semi novel itu, pandanganku terhadap buku-buku non fiksi mulai berubah.

Kupikir, seru juga ya.

Kebetulan itu juga didukung oleh kondisiku yang sedang mencoba menguak misteri akan diriku sendiri, mengenai tujuan dan alasan-alasan hidup, serta keingintahuanku bagaimana segalanya terjadi di dunia ini.

Akhirnya aku mulai dari buku rhonda byrne dan memulai perjalananku selanjutnya untuk memulai menyukai buku-buku pengembangan diri.

Belum banyak buku yang kubaca tentunya, sangat minim.. Aku jujur saja membutuhkan membaca buku ini tidak dalam waktu cepat, dan cukup memakan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Tapi aku sudah merasa itu pencapaian untuk menyelesaikan setiap bukunya.

Dan sampailah ke buku ini. Aku memang pingin banget punya buku ini karena dari judulnya saja sudah jelas, buku ini akan memberitahumu cara untuk memulai hari dari pukul 5 pagi. Karena aku udah suka banget sama prinsip memulai hari jam 5 pagi itu, sehingga ada buku yang dirancang secara utuh membahas mengenai hal tersebut membuatku begitu mengidamkannya.

Aku lebih senang lagi ketika tahu buku ini sudah ada terjemahannya.

Buku ini sesuai apa yang aku ekspektasikan sebelum membacanya. Semua hal mengenai jam 5 pagi disambungkan dengan hukum tarik menarik dan semua jadi masuk akal.

Apalagi ada penjabaran khusus mengenai jadwal kita memulai hari.

Ada pembagian prioritas, dan bagaimana caranya agar kita produktif, dengan maksud tidak terlalu banyak bekerja, tetapi fokus pada hal yang bagi kita penting. Penting untuk diri kita, penting untuk masa depan.

Ada bicara mengenai protokol penerapan kebiasaan, yang penjabarannya sangat menarik mengenai kebiasaan. Ada tiga tahap ini, dimana disebutkan bahwa ketiga tahap untuk memiliki kebiasaan itu adalah sesuatu yang dilakukan susah pada awalnya, berantakan di tengah-tengah, tapi kemudian menjadi otomatis pada akhirnya.

Aku selalu suka mengenai konsep pembangunan kebiasaan ini, karena dari konsep itu kita akan pelajaran bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang tidak bisa kita lakukan. KIta hanya tinggal menentukan tujuannya, kemudian kita melewati 90 hari penuh rintangan untuk mencapai titik yang bernama integritas.

Untukku pribadi, aku sedang sangat ingin menerapkan kebiasaan untuk bisa tetap memasukkan setiap hobi-hobiku ke dalam jadwal-jadwal pekerjaan, yang dengan ini menuntutku untuk mau mengatur jadwal dengan ketat sehingga aku bisa secara sadar menyediakan waktu untuk mengerjakan hal-hal yang kusukai, setiap hari. Setiap hari menulis, setiap hari membaca, setiap hari menyampaikan satu chapter cerita agar aku bisa melatih otak untuk terbiasa kreatif setiap hari, setiap hari membuat video, dan setiap hari yang lainnya. Aku tahu bagaimana kuatnya kunci konsistensi, termasuk salah satunya dari buku ini. Karena aku yakin bahwa kebiasaanku bangun pagipun bisa teratasi setelah aku melewati 90 hari tersebut.

Tapi aku harus sangat sadar, bahwa semua kebiasaan ini memerlukan pengorbanan untuk bisa dibentuk. Itulah kenapa, betapapun susahnya aku untuk melakukan ini semua, aku bertahan karena aku tahu memang beginilah prosesnya.

Kemudian ada perincian yang menarik, yang dibentuk seperti jadwal-jadwal.

Seperti misalnya, bangun pagi itu dibagi jadwal, kemudian jadwal harian dibagi juga, dan banyak lagi pembagian yang bagiku sangat menarik. Aku akhirnya juga mendapat keyakinan mengenai bahwa 'kita itu juga penting'. Itu dari buku ini dan beberapa buku sebelumnya yang kubaca, bahwa ternyata 'oh nggak apa kok, nggak bisa dihubungi itu'. Yang mana ini menjadi masalah terbesarku selama ini.

Sadar nggak sih, kita ini sering mementingkan orang lain, seperti aku pribadi misalnya, ini masalah juga ketika terlalu fokus mementingkan orang lain, itu membuatku takut terhadap cara berfikir orang lain padaku. Aku jadi memaksa diri untuk gerak cepat setiap mendapatkan pesan, dan aku takut tiba-tiba ada sesuatu yang urgent. Ada saat kita membalas satu pesan, kemudian terus membalasnya, dan pesan-pesan itu semakin panas hingga kita terus membalasnya, dan saat berhenti mengirim pesan, kita sudah terlalu lelah dan tertidur. Tidak ada waktu untuk bersyukur, tidak ada waktu untuk mereview hari, dan tidak ada waktu untuk bicara pada diri sendiri.

Dari buku ini aku belajar bahwa waktu untuk diri sendiri itu perlu, memaksa diri untuk bisa 'tidak diganggu' itu penting. Jadinya, sekarang aku baru buka whatsapp dan instagram (sosmed yang bagiku paling ramai) itu jam 9 pagi, dan menutup akses sosial media pukul 8 malam. Artinya, dari jam 8 malam sampai 9 pagi, orang-orang selain orang disekelilingku tidak bisa menggangguku, tidak bisa menhubungiku, kecuali orang-orang yang kuijinkan seperti orang tua, atau orang yang sudah ijin sebelumnya untuk menghubungiku di waktu pribadi ini. Semua pekerjaan berhenti di waktu tersebut.

Aku memberi waktu panjang di waktu ini karena jujur saja, sosial media, bahkan sampai ke tahap whatsapp itu bisa sangat memecah fokus untuk melakukan hal-hal yang penting, hal-hal yang berharga, yang sangat kubutuhkan untuk memulihkan diriku sendiri.

Toh, bukannya aku akan mendiamkan semua pesan masuk sepanjang hari. Aku sengaja memberikan waktu-waktu tertentu untuk orang lain bisa menghubungiku, dan di waktu yang ada itu aku akan berusaha sekuat tenaga menyelesaikan semua urusan dengan orang lain.

Awalnya, melakukan hal ini terasa menakutkan untukku. Karena aku selalu mendapat sinyal bahwa ada orang yang mau mengabarkanku hal penting dan dia lagi butuh banget aku.

Tapi kemudian, setelah memaksa diri melakukannya selama beberapa hari, beberapa waktu, dengan menahan diri untuk tidak membuka block aplikasi dan membuka whatsapp, sampailah juga aku di titik pemhaman tentang ini: emang apa sih yang bakal penting banget dari 'orang lain' di waktu-waktu tersebut? Kita tahulah siapa orang yang paling penting untuk kita. Kita sudah bisa membagi dan tahu siapa orangnya. Orang tua, keluarga, sahabat, dan pasangan mungkin yang paling penting. Orang lainnya juga penting, tapi kita tahu bahwa seberapa pun penting mereka membutuhkan kita, jika urgensinya berkaitan dengan nyawa mereka akan hubungi orang yang lebih dekat lagi dengan mereka. Urgensi mereka ke kita mungkin bantuan yang bisa ditunda hingga esok hari. Kalau memang sangat butuh, seperti temanku yang harus menelepon pukul 9 malam, aku ijinkan karena ia sudah mengatakannya sebelum waktu pribadiku. Jadi kalaupun ada yang butuh, bukan karena tidak sadar melakukannya, tapi karena sepenuhnya sadar bahwa alokasi waktunya akan diberikan untuk orang-orang ini.

Yah, intinya buku ini mengajarkan banyak tentang prioritas dan pengalokasian waktu pada hal-hal yang penting untuk diri kita sendiri, untuk hidup kita, untuk masa depan kita. Dan aku paling suka kata-kata ini.

"Orang paling produktif di dunia ini, adalah orang-orang yang paling sulit dihubungi dan sulit diganggu, bukan karena mereka begitu sibuk, tapi karena mereka selalu memprioritaskan waktu untuk memanjakan diri sendiri sebelum disibukkan oleh orang lain dan dunia."

Dan itu justru kunci akan kesuksesan mereka, sehingga saat mereka muncul keesokan harinya, mereka akan muncul sebagai sosok yang baru dan lebih produktif lagi.

Aku suka sekali kata-kata itu, dan itu membuatku menjadi tidak bisa diganggu di waktu-waktu pribadiku.

View all my reviews

Comments

Popular posts from this blog

Menyelami Seni dalam Kejiwaan pada buku "Psikologi Seni"

The Magic Of You by Johanna Lindsey (Malory-Anderson Family #4)

Devil in Winter (Wallflowers #3)