Menyelami Seni dalam Kejiwaan pada buku "Psikologi Seni"



Book’s Identity:
Judul: Psikologi Seni Sebuah Pengantar
Penulis: Irma Damajanti
Penerbit: PT Kiblat Buku Utama
Tahun Terbit: Mei 2006
Jumlah halaman: 127

Summary:
PENGANTAR
Ilmu Perilaku (Psikologi) merupakan ilmu yang yang sangat baru bila dibandingkan dengan ilmu lainnya. Ketika Ilmu astronomi dan matematika tentang alam semesta sudah ada sejak lima abad yang lalu, sedangkan misteri pikiran manusia baru mulai dibongkar sekitar abad ke-20. Ciri0ciri psikologis juga lebih sukar dimengerti daripada ciri-ciri fisik manusia yang lebih mudah ditelaah oleh panca indra manusia.
Perilaku manusia didasarkan oleh 4 pokok yaitu: kecerdasan, daya cipta (kreativitas), kepribadian, dan daya penyesuaian. Dengan keempat pokok perilaku manusia ini, maka akan diperoleh banyak misteri yang berkaitan dengan hal tersebut.


Seni dalam hubungannya dengan perilaku manusia (psikologi) berkaitan dengan munculnya lukisan pada zaman Homo Sapiens  yaitu pada masa manusia Cro-Magnon dimana mereka membuat lukisan, musik, tari, dan drama menggunakan bahan alami dari tumbuh tumbuhan.

Hanya saja pada era modern kata ‘seni’ sering dikaitkan dengan aktivitas artistik sehingga hampir semua perilaku manusia terkait dengan ‘seni’. Hanya saja pada kenyataannya, masyarakat justru memegang peran sebagai pengamat dan aktivitas artistik semacam itu menimbulkan banyak pertanyaan berkaitan dengan fator yang mendorong manusia untuk melakukan aktivitas seni yang tidak berkontribusi secara langsung dengan kehidupan manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang kemudian muncul dan bersifat psikologi yang ditujukan untuk memahami aspek-aspek universal manusia inilah yang kemudian disebut sebagai psikologi seni.

Munculnya pertanyaan-pertanyaan membingungkan mengenai perilaku yang mendorong terlibatnya aktivitas seni pertama dikembangkan oleh Plato yaitu bahwa proses kreasi artistik pada seorang penyair muncul karena menyerah pada kegilaan. Sedangkan Aristoteles, murid Plato, memberikan pandangan yang berbeda tentang munculnya proses kreasi artistik bahwa terjadi keteribatan keahlian yang terkendali, cermat, dan penuh ketelitian.

Kemudian secara umum, dapat disimpulkan bahwa prinsipnya teori tentang proses kreasi dikelompokkan menjadi dua yaitu teori yang mendasar pada inspirasi, aspek ketidaksadaran (unconscious), jenis spekulatif atau tipe intuitif dan teori yang mendasar pada kehendak atau kemauan sadar (conscious) yang kuat, jenis sitematis atau tipe logis.

Seni biasa dikaitkan dengan kreativitas dimana kreativitas ini berasal dari bahasa inggris yaitu to create yang artinya adalah mencipta. Mencipta disini berarti ada nilai ‘kebaruan’ dan ‘keaslian’, seringkali dikaitkan dengan sesuatu yang artistik, agung, cerdas, di luar kebiasaan, dan beda dari yang lain,

PROSES KREASI SENIMAN
Sebuah seni muncul karena adanya kreasi atau kreativitas dari penciptanya yang kemudian disebut dengan seniman, hanya saja dalam kaitannya dengan psikologi masih banyak teori yang terus dikembangkan berkaitan dengan faktor munculnya kreativitas yaitu sebagai berikut:

Dorongan Naluri (Instinctual Drives)
Dorongan Naluri sebagai faktor munculnya kreativitas merupakan sebuah teori yang disebutkan ilmuan Sigmund Freud. Ia mengambil bukti dari individu yang memiliki gangguan kejiwaan dan berdasarkan hal tersebut  Freud mengemukakan bahwa munculnya kreativitas dikarenakan adanya hubungan antara naluri primitif yaitu dorongan paling mendasar dari kepribadian atau dorongan binatan, superego yaitu tempat penyimpanan nilai-nilai luhur yang ditanamkan melalui sosialisasi dengan masyarakat, dan ego sebagai pengendali antara naluri primitif dan superego. Munculnya naluri primitif.

Ketika keinginan-keinginan naluriah mendesak untuk keluar, keinginan itu dicegah oleh nilai-nilai moral yang ada dalam dirinya sehingga ia harus mencari alternatif. Jika keinginan itu dapat tersalurkan dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat, seperti lukisan, sastra, fiksi, dimana ia tidak dapat melampiaskannya secara nyata sehingga ia melampiaskan dalam bentuk sebuah seni  yang lebih halus dan memuaskan maka ia disebut sehat. Sebaliknya, apabila keinginan tersebut terhalang, tidak menemukan pelampiasan, ditekan terlalu kuat sehingga menyerang balik dirinya, akan akan mulai timbul adanya gangguan kejiwaan.

Kekuatan Ego (Ego Strenght)
Seni merupakan hasil dari adanya kekuatan ego dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 1960-an di Institute for Personality Assesment and Research di Berkeley. Para peneliti menemukan hasil bertentangan dengan teori yang disebutkan oleh Freud dimana Freud hanya berdasarkan oleh analisis dan pengamatan, sementara para peneliti ini melakukan beberapa penelitian. Misalnya mereka mengetahui bahwa seseorang yang cenderung menentang, mandiri, keinginan akan kebebasan menimbulkan konflik yang memicu emosi tertinggi mereka akan lebih kreatif daripada orang yang memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain atau norma-norma dalam kelompok. Keinginan untuk merasa berbeda, ambisius dan memiliki keinginan yang kuat, mandiri, dan tidak konvesional kemudian disebut sebagai munculnya kreatifitas yang tertinggi.

Penguatan (Reinforcement)
Teori mengenai Penguatan sebagai aspek pendorong munculnya perilaku kreatifitas dikemukakan oelh B.F Skinner dari Hardvard. Ia menyebutkan bahwa kreatifitas muncul bukan karena adanya dorongan di bawah alam sadar melainkan lingkungan yang diperoleh oleh setiap individu. Ia beranggapan bahwa setiap individu memperoleh pembiasaan dari lingkungannya, sehingga ketika seseorang terbiasa untuk mendapatkan sebuah konsekuensi dalam perilakunya ia akan mengulanginya sedangkan jika ia melakukan tindakan yang diikuti oleh konsekuensi negatif maka ia belajar untuk tidak mengulangi. Adanya aspek ketenaran dan pembiasaan diri berdasarkan lingkungan itulah yang disebut penguatan dalam mendorong munculnya keinginan untuk melakukan hal yang lebih baik dan hal tersebut berkaitan dengan munculnya kreatifitas lebih tinggi.

Cara Berpikir Tidak Biasa (Atypical Thinking)
Professor Joy P. Guilfoed dari Universitas California Selatan mengembangkan ‘tes kreatifitas’. Dari percobaan tersebut ia menemukan kecenderungan adanya cara berpikir menyebar yang dicirikan dengan fluency, fleksibilitas, dan orisinalitas. Orang yang kreatif memiliki cara berfikir yang tidak biasa daripada cara berpikir memusat yang berorientasi ke arah pengetahuan, solusi yang benar.

Kecerdasan (Intelligence)
Kreatifitas yang tinggi biasa dihubungkan dengan kecerdasan. Orang-orang yang memiliki kreatifitas tinggi biasanya memiliki IQ minimal 120. Orang-orang yang memiliki kreatifitas tinggi cenderung memiliki kecerdasan yang lebih superior dibandingkan individu pada umumnya.

Penemuan Masalah (Discovering Problems)
Getzel dan Caikszentmihalyi berhipotesis bahwa seseorang yang kreatif adalah orang yang selalu mencari stimulus atau rangsang untuk mencaai kesempurnaan, dan menurut mereka orang seperti inilah yang termotivasi untuk mencari dan menemukan masalah untuk diselesaikan.

Bakat (Talent)
Hipotesis ini muncul karena adanya keajaiban seorang anak yang mengejutkan orangtuanya dengan menciptakan karya seni yang luar biasa secara spontan tanpa disebabkan oleh latihan dan lingkungan. Pengenalan bakat seorang anak pada awal hidupnya merupakan pendorong untuk membangun perkembangan kepribadian yang kuat, mandiri, dan bermotivasi tinggi, sehingga kepribadian yang biasa diketahui sebagai ciri khas seniman itu termasuk salah satu faktor munculnya kreatifitas.

Proses Berfikir Kreatif (The Creative Thought Process)
Beberapa seniman mengemukakakan bahwa proses berfikir kreatif terjadi dalam dua cara yaitu secara sadar dan tidak sadar. Amy Lowell dan Max Ernst mengemukakan bahwa karya yang mereka ciptakan melibatkan sedikit kesadaran dan karya tercipta ketika subjek pemikiran mereka diletakkan di alam bawah sadar sehingga karya mereka tercipta seolah tanpa usaha. Dalam cara yang berbeda, terjadi pula pada seniman lain seperti Jean Cocteau, Dorothy Canfield dimana setelah dilakukan usaha dan percobaan hingga mereka menyerah dalam mencari cara untuk menciptakan karya mereka,  inspirasi dan ide justru muncul disaat pikiran mereka tidak diarahkan kepada pokok masalah dan menyerahkannya kepada alam bawah sadar. Sehingga kemudian disimpulkan bahwa proses kreasi bisa terjadi dalam tahap inspirasional dan pengereman, atau inspirasi yang diikuti kerja keras untuk menciptkana sebuah karya.

Pengereman Tak Sadar (Unconscious Incubation)
Graham Wallas (1926) mengidentifikasi 4 tahap proses kreatif:
  •  Persiapan (Preparation): ketika pencipta menemukan masalah dan memikirkan solusi
  • Pengeraman (Incubation)Lketika alam bawah sadar mengambil alih untuk memecahkan persoalan. Alam bawah sadar ini menyatukan data-data yang diperoleh dalam keseharian secara sadar dan tidak sadar yang kemudian mencapai suatu pemecahan.
  • Munculnya Ilham (Illumination): ide muncul tiba-tiba dan muncul kejelasan
  • Pengujian (Verification): penyempurnaan ide dimana secara sadar dan logis masuk ke ide yang muncul secara tidak sadar sebelumnya.

Freud dan Kris memiliki pemahaman yang berbeda mengenai keberadaan munculnya inspirasi atau ilham. Freud mengemukakakn bahwa ilham atau proses berfikir primer muncul di alam bawah sadar sedangkan menurut Kris hal tersebut muncul di tahap ambang sadar. Kris menyebutnya sebagai kemunduran dalam ego, untuk membedakannya dengan kemunduran berrpikir pada kasus-kasus gangguan mental. Kris menyatakan bahwa cara berpikir psikotik adalah individu mundur ke prses berpikir primer dan tidak dapat kembali pada cara berpikir logis dan teratur.

Keterampilan Sadar (Conscious Craft)
Rudolf Arnheim, David Perkins, dan Howard Gruber. Arnheim berpendapat bahwa dalam berkreasi seorang seniman mengerahkan seluruh kesadaran dan kemampuan intelektual yang mereka miliki dan melibatkan visual thinking, dimana seniman menerjemahkan hasratnya ke dalam bentuk visual yaitu tujuan dan hasil yang ingin dicapai. Perkins dengan penelitiannya berdasarkan metode proses penjelajahan langsung, menemukan bahwa kreativitas muncul karena adanya alasan dan intuisi. Perkins mengemukakan bahwa proses kreasi sebagai sesuatu yang memaksa seniman untuk mencapai tujuan akhirnya. Dan Gruber menemukan bahwa orang-orang kreatif menekankan pentingnya arahan bagi keberhasilan penciptaan.

KREATIFITAS MENURUT ADLER DAN MASLOW
Alfred Alder meskipun sama-sama mendirikan aliran psikologi pribadi bersama Freud, tetapi ia tidak setuju dengan pandangan Freud tentang seks, karena bagi Alder kreatifitas dalam menciptakan sebuah karya seni muncul karena adanya keinginan untuk mengimbangi diri mereka yang tidak sempurna. Rasa rendah diri dikompensasi dengan menjadi lebih unggul pada bidang lain.

Abraham Maslow menyebutkan bahwa kreatifitas adalah akibat dari motivasi aktualisasi diri karena individu-individu kreatif berciri khas dengan kebutuhan untuk mengaitkan diri dengan alam sekitar mereka.

PSIKOANALISIS FREUD, JUNG, DAN LAGAN
Psikoanalisis adalah sebuah metode dimana psikolog atau psikoterapis menciba untuk mencari penyebab dari tindakan atau perilaku pasien saat itu.

Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud berkaitan dengan analisis mimpi dan seksualitas masa anak-anak sehingga dalam kaitannya dengan seni, kreatifitas tercipta karena adanya dorongan akan masa kanak-kanak yang berupa traumatis. Sedangkan Jung mengemukakan bahwa perubahan besar pada kepribadian terjadi setelah masa kanak-kanak, dimana timbul hal-hal yang tersembunyi dalam ketidaksadaran kolektif. Teori Lacan ditekankan pada pa yang terlihat dan tak terlihat, apa yang hadir dan tidak hadir, dimana terdapat pandangan menumpukkan subjek pada sesuatu yang hadir dan hasrat yang merupakan naluri terhadap yang tidak hadir.

Command:

Buku ini secara rinci mencoba menjelaskan bagaimana seseorang bisa menciptakan sebuah karya, bagaimana kreatifitas dalam diri seseorang muncul, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya berkaitan dengan perilaku yang mendorong munculnya kreatifitas dalam menciptakan karya seni. Dalam pembahasannya, kita akan diberikan cukup banyak faktor pendorong munculnya kreatifitas dimana faktor-faktor ini sendiri telah diuji dan diteliti sehingga muncul teori dan hipotesis untuk mendukung penemuan para peneliti tersebut. Memang secara sekilas kita akan menemukan cukup banyak lubang dalam setiap penelitian, tetapi pada dasarnya buku ini mencoba menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi kreatifitas seseorangpun bisa saja relatif. Mulai dari dorongan naluri secara tidak sadar hingga penciptaan kreatifitas dengan adanya kesadaran tinggi. Proses utama berfikir para seniman diketahui berbeda-beda ada yang mengutamakan jalan pikiran secara irasional adapula yang mengikuti tahap-tahap secara rasional. Kelebihan dari buku ini adalah penjelasan yang mendetail beserta contoh-contohnya hingga gambarnya sehingga mempertegas setiap teori yang dikemukakan oleh peneliti dan mempermudah pembaca dalam memahami maksud dikeluarkannya hipotesis tersebut. Buku ini juga secara lantang mengemukakan bahwa setiap teori masih belum sempurna dan masih terus ditindaklanjuti dan dicari kebenarannya. Sedangkan Kekurangan dari buku ini adalah, buku ini sering mengulangi penjelasan yang sudah disebutkan sebelumnya, selain itu penjelasannya seringkali terlalu tercampur dan tidak tertata rapih sehingga untuk benar-benar memahaminya pembaca harus mengulang dan memilah sendiri sesuai pemahaman masing-masing. Meskipun begitu, tentu saja buku ini sangat direkomendasikan untuk lebih mengerti mengenai kreatifitas dan proses terjadinya kreatifitas itu sendiri. 


Salam, Adlina Haezah

Comments

Popular posts from this blog

The Magic Of You by Johanna Lindsey (Malory-Anderson Family #4)

Scandal in Spring (The Wallflowers, Book 4)