Review: Critical Eleven - Ika Natassa

Critical Eleven

My rating: 4 of 5 stars

Nah kalo yang ini selesai dalam waktu 10 jam langsung habis baca AR. Gara garanya karena udah nggak sabar dan kadung penasaran. Dan yang ini no skip ya.

Cukup seneng sih karena kali kini aku betah banget bacanya, ga bisa berhenti, dan penasaran terus setiap halamannya. Kata-katanya kak ika juga semenyenangkan biasanya, dan karakter-karakternya Alhamdulillah nggak ada yang menyebalkan. Dan aku juga ngga berekspektasi apa apa kecuali bahwa novel ini happy ending. Yah taulah happy ending versi ika nih kayak gimana. Suka ngerasa kurang dan pingin lagi.



Novel ini di awali dengan pertemuan mereka di pesawat yang cukup manis untuk pembuka. Walaupun setelah-setelahnya terkesan biasa aja sih, maksudnya pendekatan antara Ale ke Anya kayak pendekatan pada umumnya sih, lancar-lancar aja, selo2 aja, dan ngga ada pertengkaran yang berarti. Tapi kemudian konflik sesungguhnya dimunculkan ketika kedua tokoh ini sudah menikah. That's good. Menurutku ya itu lebih realistis aja sih dgn apa yang terjadi si kehidupan nyata. Toh emang nyatanya hal seperti itulah yang justru kerap kali terjadi, bahwa masalah sesungguhnya muncul ketika sudah hidup bersama. Memang, mengambil kisah sehari-hari sebagai cerita utama yang diusung dalam novel ini bikin kita lebih dekat dengan kejadian di sekitar, tapi menurutku juga jadi lebih membatasi imajinasiku. Hahaha. Kadang pelarian novel2 yang kubaca itu dengan harapan aku bisa melarikan diri dari dunia nyata. Tapi ngga masalah, toh apa yang tertuang di novel ini juga tetep bikin aku ngejogrok nggak kemana mana buat ngabisin nih novel dan meskipun ada yang terlalu dekat dengan kehidupan nyata setidaknya aku bisa berfantasi tentang kehidupan metropolitannya atau tentang tempat dan setting yang digunakan.

Ketika selesai kisah pertemuan ale dan anya barulah kita dihadapkan dengan masalah dan konflik yang besar itu. Yang menjadi konflik hingga akhir cerita. Di sepanjang novel ini mungkin kemudian kita akan disuguhkan banyak sekali momen momen romantis dan lucu, yang itu adalah merupakan masa lalu dalam kisah ini. Karena masa kininya masih terus berkutat dengan konflik utama yang dirasa tidak segera mendapat penyelesaian. Sejujurnya aku mendapati novel ini sama dengan Divortiare. Sama-sama meletakkan satu konflik besar di sebuah kehidupan pernikahan yang kemudian dicari jalan keluarnya. Bedanya kalo divortiare itu mereka memilih bercerai sehingga taulah jadi harus ada twivortiare biar novelnya bener bener ending. Sedangkan CE ini kedua tokohnya nggak sampai bercerai,sebatas pisah ranjang aja dan itupun endingnya dikit banget huhu. Musuhan mereka terjadi sekali dan baikan mereka juga terjadi sekali, di ending. Yah pokoknya kalo CE bisa jadi karena harus diselesaikan dalam satu buku juga.

Meskipun kisah cinta mereka nggak bikin aku merasa berdebar-debar dengan kisah romantisnya, tapi kepedihannya bikin aku nangis beberapa kali tanpa bisa ditahan tahan. Tangga dramatiknya tetep naik terus, syukurlah dan aku beneran nangissss mulu di bagian-bagian akhir. Dan kalo ada yang aku perhatikan dari tulisan kak Ika disini, itu adalah bahwa dia suka sekali menganalogikan sesuatu. Setiap bab diawali dengan sebuah analogi panjang lebar sebelum masuk ke adegan yang sesungguhnya atau makna yang sebenarnya ingin ditunjukkan dalam bab tersebut. Sejujurnya analogi2 itu cukup bagus karena sekaligus memberikan makna2 baru tentang hidup meskipun kadang kelamaan main analoginya.

Ah, dan aku agak gemes liat kisahnya Harris dan Keara. Lah, mereka jadian? gak dibikinin kisahnya nih kenapa keara bisa sampe jatuh beneran di pelukan Harris? errrr~

Finally, novel ini masih menyenangkan untuk dibaca dan jelas masih recommended. Karena setidaknya aku sungguh menikmati kedua karakter dalam novel ini. Ale dan Anya. I love them soo much :*

edit
well akhirnya aku memutuskan novel ini worth untuk 4 bintang. Kenapaaa? karena ternyata aku masih mikirin tentang novel ini meskipun aku sudah selesai membacanya. Mungkin karena aku begitu terkesan dengan Ale dan Anya kali ya. Bagaimana perjuangan Ale untuk selalu berada disisi Anya padahal Anya sudah sebegitu dinginnya.


Comments

Popular posts from this blog

Menyelami Seni dalam Kejiwaan pada buku "Psikologi Seni"

The Magic Of You by Johanna Lindsey (Malory-Anderson Family #4)

Devil in Winter (Wallflowers #3)