Review: Priceless

Priceless

My rating: 5 of 5 stars

Akhirnyaaaaaa... setelah bersabar dengan 8 buku seri ini, aku dapet lagi yang bisa diganti fullstar!
Awalnya agak pesimis takut nggak begitu bagus ceritanya, karena ini tentang Sarah, yang aku terakhir lihat dia memang kayak nggak bisa apa-apa.

Oh! But this story is about that vulnerable girl and about how insecure she is.
Dan aku selalu jatuh hati dengan cerita semacam ini.

Well, aku cuma butuh baca sekitar... yah... satu chapter pertama dan aku langsung merasa akan memberikan novel ini full stars! Syukurlah novel ini sama sekali nggak mengecewakan. Karena sampai terakhir pun novel ini nggak berhenti bikin aku pingin jejengkrakan. Bagus bangeeettt...

Nyaris ngingetin aku sama frigid, seriously, tapi yang frigid masih ada kekurangannya, sedangkan ini.. ewww nggak nemu kurangnya. Bawaannya aja habis baca cuma pingin muji-muji doang. Titik.


Novel ini nggak cuma dari sisi ceweknya yang 'sedih', bahkan sisi heronya juga terhitung sedih banget nyaris tragis. Makannya kebutuhan antara Sarah akan Brandt, ataupun kebutuhan Brandt akan Sarah sangat beralasan dan so sweet se sweet sweetnya banget.

Si Brandt ini yaaa.. hhh... mungkin lebih masuk akal kalau Brandt ini posisinya yang nggak posesif sama Sarah karena secara penampilan dia udah bisa dipastikan jadi pujaan semua orang. Tapi tentu saja cerita ini tidak begitu, dan aku lebih suka cara Linda Kage menuturkan cerita ini. Justru, si perfeksionis Brandt yang posesif banget sama Sarah, padahal Sarah sendiri nggak ngerasa dirinya worth buat dilindungi banget atau katakanlah... begitu disayangi oleh Brandt. Lucu aja pas baca waktu si Brandt cemburu, beneran dia tuh sama sekali nggak main kata-kata manis yang bikin meleleh, tapi tindakannya bikin meleleh, udah.

Dan.. Sarah ini pinter, yaampun, kalau kita masuk ke dalam pikirannya dia kalian nggak akan melihat Sarah yang punya CP, malah dia kelihatan normal. Dan bisa jadi itulah 'Sarah' yang selama ini Brandt lihat.

Sikapnya Brandt terhadap Sarah nih kelihatan banget sayangnya, makannya apa-apa yang dia lakukan begitu menyentuh dan bikin nangis. Eh, iya lho aku nangis banyak banget di buku ini, bahkan pertengkaran mereka saja manis banget.

Buku ke-6 nggak aku baca (nggak tertarik deh kayaknya), nomor 7 berhenti sekitar 80% terakhir (udah ngebet banget pingin baca ini)

Dari dulu emang suka nyari banget sama buku kayak gini. Disini emang ada tentang 'bohong' mengenai rahasia yang dipendam Brandt, yah, tapi itu juga aku tahu alasannya sih, dan semakin bikin nangis karena rahasi tersebut ada disisi 'Brandt'. Huaaa mau dong baca Brandt & Sarah lagi. Atau model novel begini juga boleh banget dehhh///

Comments

Popular posts from this blog

Menyelami Seni dalam Kejiwaan pada buku "Psikologi Seni"

The Magic Of You by Johanna Lindsey (Malory-Anderson Family #4)

Devil in Winter (Wallflowers #3)