Review: Obsidian



Obsidian by Jennifer L. Armentrout
My rating: 5 of 5 stars

Tentang benci yang jadi cinta... gitulah...

Awal baca versi inggrisnya gak lanjut, karena nggak kena sama tokohnya di awal-awal. Tapi karena ratingnya bagus, jadi beli bukunya aja buat dibaca.

Agak kesel kadang sama si Daemon. Aku bisa jadi Kat banget, rasanya pingin tonjok deh songong banget si Daemon gitu. Udah gitu suka nggak nganggep Kat lagi, kan kesel ya.


Seringnya aku memang nggak begitu tertarik dengan premis benci jadi cinta. Tapi mungkin karena biasanya yang biasanya mencoba untuk membenci adalah heroinnya. Nah, disini kebalik. Daemon mencoba benci sama Kat, tapi lama-lama gagal juga. Kat sih, sebenernya nggak benci, tapi karena Daemon emang ngeselin Kat jadi ikut kesel. Paham sih aku, wajar juga kalau dia merasa begitu direndahkan dan tidak dihiraukan dan merasa paham. Tau tau..

Makannya, Kat bingung dong kalau tiba-tiba si Daemon berubah jadi baik dan lembut padahal biasanya kalo ngomong nggak difilter, dan suka banget nyakitin perasaan orang. Wajar juga kalau Kat merasa Daemon tidak mungkin menyukainya, jelas-jelas yang Daemon perbuat lebih sering menandakan kalau cowok itu membencinya.

Tapi nggak tau, aku suka banget deh sama Kat. Dia tetep di kakinya sendiri, berdiri tegar, dan mempesona. Makannya, tau dia ternyata jatuh hati sama Daemon dan memendamnya diam-diam, takut jadi senjata makan tuan makannya dia sok-sok biasa aja. Sering sedih juga kalau Kat sudah begitu nggak dianggep, tapi untung Daemon aslinya suka. Lucu deh... Lanjut banget kalo ini mah..

View all my reviews

Comments

Popular posts from this blog

Menyelami Seni dalam Kejiwaan pada buku "Psikologi Seni"

The Magic Of You by Johanna Lindsey (Malory-Anderson Family #4)

Devil in Winter (Wallflowers #3)