Review: With You


With You

My rating: 4 of 5 stars




Setelah baca ternyata aku tahu kalau maksud dari kolaborasi di novel ini adalah si Christian Simamora dan Orizuka membuat dua cerita yang berlainan tapi sekaligus berhubungan. Waah.. entah kenapa ini membuatku lebih mudah untuk membandingkan keduanya.

So? Which one I like the most?
Sorry, but orizuka's story is still the best. From the words, story, the character.


Aku belum pernah baca bukunya simamora, ini baru yang pertama. Pertama kali aku baca di awal dan nggak sempat menilik bahwa judul pertama full tulisannya simamora aku udah mulai ngerasa beda antara tulisan orizuka yang biasanya aku baca. Simamora banyak memberikan slang words di ceritanya. Nggak keberatan sih, tuh dia menyesuaikan sama karakter yang di ceritakan dalam buku tersebut. Tapi terlalu... emmm... too much. Mungkin membaca buku itu sama seperti nyari makanan. Ada seleranya. Tulisan dan gaya bahasa simamora sebenarnya nggak terlalu membebaniku, tapi bukan seleraku untuk menjadikan tulisannya to be my favorite one. Aku juga nggak bisa lepas dari bayang-bayang kalo yang nulis itu cowok, tapi entah kenapa itu membuatku secara tidak sadar jadi mengambil semua sudut pandang dari sudut pandang cowok. So physically. Mungkin itulah yang sebenarnya, tapi whatever, buat aku yang namanya novel adalah berisi dongeng yang diidamkan para wanita. Kalo yang nulis cowok, jadi sadar banget kalo cowok tuh suka sama seseorang pertama dilihat dari fisik. Secara sadar dan tidak sadar. It's disturb me, I just dunnot in which part. Nggak masalah. Toh itu juga gaya dan ciri khasnya dia, tapi bukan seleraku saja.

Ada kesamaan dari dua cerita yang di sajikan dalam novel ini. It's like there is some kind of theme to be written or what. Mungkin mengenai 'bertemu mr.right dalam sehari'. Is it like that? Soalnya dua-duanya sama-sama menggunakan satu hari untuk menceritakan sebuah keadaan dimana para tokohnya jatuh cinta atau lebih tepat, menemukan takdir mereka. Dalam artian apapun.


Aku mau coba di bahas, tentu saja tidak bisa terlepas dari unsur membandingkan cerita di antara keduanya.

Mungkin aku akan terlalu subjektif karena dari oroknya dah suka sama orizuka, tapi memang orizuka itu salah satu author yang membuatku tahu dimana selera tulisan dan cerita yang bisa bikin aku ikut deg-degan.

Cerita yang di tulis simamora sebenarnya bisa membuatku suka, kalau saja eksekusinya bisa di buat tidak melulu soal fisik. Itu emang bikin aku deg-degan,tapi dalam artian lain. Emosi dan perasaannya nggak bisa ikut nyampur melainkan cuma sekadar gairah dan nafsu aja. Aku tahu bukan itu maksud dan cerita yang ingin diceritakan. Aku justru menangkap sepenuhnya bahwa novel ini sebenarnya ingin memberitahu para pembaca bahwa cinta padangan pertama 'sebagai pasangan yang tepat' itu ada. Dalam arti yang sesungguhnya, benar-benar mencintai. Gagasannya bagus, dan sebenarnya bisa bikin aku setuju. Sayaaaang bangetnya cerita ini nggak di eksekusi dengan kuat. Gagasan itu nggak di jabarkan dengan ide yang sama kuatnya. Konfliknya datar, bahkan klimaksnya... entahlah apakah ada klimaksnya. Ada mungkin,tapi lagi-lagi tidak secara emosional. Meski begitu, cerita ini ada kemungkinan untuk bisa di lanjutkan secara lebih menarik.

Cindy dan Jere bertemu dalam waktu sehari. Hanya sehari doang. Dan aku adalah tipe orang yang tidak terlalu suka dengan ide seperti itu. Mungkin prejudge di kepalaku yang nggak bisa percaya adanya cinta macam itu. Aku baru percaya takdir dari adanya 'kebiasaan'. Gagasan ini bikin aku berharap untuk mempercayai hal itu. Rasanya aku ingin membuat pengecualian dari cerita yang disajikan disini. Kedua karakter dicerita simamora sebenarnya memungkinkan adanya kepercayaan itu. Tapi sayangnya aku nggak dapet kesan itu bahkan sampai akhir cerita. Entah kenapa, aku merasa bahwa itu seperti baru awalnya saja mereka bertemu. Cerita ini memerlukan konflik lain yang bikin kita yakin bahwa mereka ini di takdirkan, karena di part-nya si simamora - beneran- cuma tentang hal-hal yang intens. Yah, mau gimana lagi sih, tuh mungkin jumlah halaman emang cuma segitu jadi nggak bisa di ekspos lebih dalam. Setelah membacanya, sebenarnya yang muncul di benakku adalah, 'segitu doang nih?'. Aku ingin lihat lebih dalam tentang hubungan mereka, apakah akan tetap selancar ini bahkan kalau karakter Jere ini nantinya ketemu cewek yang sama-sama atau lebih hot dari cindy. Bagaimana caranya mengatasi konflik macam itu? Aku penasaran. Dan malah jadinya novel 'divortiare' ika natassa ikut-ikutan nampil di kepalaku. Di novel itu juga di ceritakan bagaimana kedua tokohnya bertemu dengan cara yang mudah, tapi tuh akhirnya malah bercerai. Intinya. Untuk part simamora ini, aku merasa bahwa ceritanya sebenarnya belum selesai.

Beralih ke ceritanya orizuka yang sunrise.

Idenya orizuka klise, cerita dan adegannya juga ringan, klise semua. Cuma tentang cowok dan cewek yang putus, terus ceweknya itu ketemu sama cowok lain, terus si mantannya ini cemburu, dan akhirnya menyerah dan ngajak balikan.

Ringan, tapi ceritanya menjadi sangat rumit mugkin karena... orizuka who wrote all of that. Mungkin karena orizuka yang menceritakannya, kesan biasa itu menjadi 'luar biasa' yang bahkan bisa membawa pembacanya sampai kadar dimana aku bisa meneteskan air mata mengikuti emosi tokohnya.

Kehebatan cerita dari orizuka ini adalah dari karakternya. Aku selalu suka dengan karakter-karakter cewek yang dingin dan datar seperti yang orizuka gambarkan disini atau di novel oppa & I. Itu karakter yang bikin penasaran mengenai apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Apalagi dipasangin sama karakter yang ceria. Kayak panci sama tutupnya. Pas. Cocok. Nggak berlebihan.


Ceritanya memang dimulai dari kedua tokohnya yaitu Juna dan Lyla yang udah putus selama satu bulan. Awalnya aku nggak ada ekspektasi apapun. Udah ketebak mereka bakal baikan, apalagi dalam sehari- kata sehari itu nggak pernah cocok untuk cerita-cerita yang romantis, entah kenapa- tapi... aku bener-bener nggak terima!! Bagaimana bisa orizuka menceritakan kisah satu hari balikan itu dengan cara yang sebegini emosionalnya!!?? Sebegini baiknya bahkan ia tidak menyia-nyiakan satu halaman pun untuk bertele-tele. Nggak basa-basi, and that's what I really want to read.

Tema 'satu hari' itu di eksekusi dengan sangat baik. Pertama dari idenya yaitu tentang kisah bertemunya takdir dalam waktu sehari. Takdir di cerita ini dibuat dengan kisah dua orang yang sudah putus dan dalam waktu sehari itulah puncak dimana mereka menentukan apakah orang yang dicintainya selama ini benar atau tidak.

Kisah cinta mereka bukan sehari, tapi 4 tahun, itulah kenapa aku sangat menyukai cerita dan ide dari orizuka.

Aku tidak terlalu suka novelnya yang Infinite Yours yang dua-duanya jatuh cinta selama 8 hari, dan walaupun itu mungkin dan logis, tuh tetep aja aku nggak terima takdir itu ditemukan dalam waktu sehari. Terlalu pendek. Entah kenapa aku membutuhkan lebih. Atau mungkin aku nggak cocok sama kisah cinta yang hanya sehari-dua hari atau berhari lainnya yang dikisahkan hanya dalam SATU NOVEL.

Kembali ke orizuka. Empat tahun itu tidak diceritakan, dan justru diceritakan setelah mereka putus selama satu bulan dan nggak sengaja ketemu di karimunjawa. Emosi A-Z berlompatan setelahnya dan takdir itu memang benar-benar datang di saat demikian. Hal-hal yang tidak terungkap jadi terungkap semuanya. Mereka lebih terbuka dan lebih dewasa. Membaca cerita sunrise entah kenapa membuatku berfikir bahwa orizuka berhasil menyelipkan pesan dalam tulisannya. Bahwa konflik dalam percintaan akan membuat kita lebih dewasa.

Untuk waktu sehari yang diceritakan, tentu saja kita tidak bisa berharap adanya lebih banyak konflik. Itu bisa terjadi kalau diceritakan lebih dari sehari di novel ini. Tapi konflik untuk sehari bagiku sudah cukup banyak untuk cerita ini. Pas. Pokoknya nggak bertele-tele. Semua salah paham yang ingin diceritakan ada, semua kasih sayang secara tersirat yang ingin ditunjukkan ada, kesadaran bahwa melepaskan satu dengan yang lain adalah salah juga ada, bahkan klimaksnya di hadirkan dengan cara yang sangat baik. Ketika di api unggun dan setelahnya itu bisa berhasil bikin aku nangis. Betapa aku ikut masuk ke dalam cerita kisah cinta yang manis, dengan kenangan-kenangan flashback masa SMA yang beberapa kali di tampilkan.Kenangan itu terasa sangat pas sekaligus sangat dibutuhkan dan akan menghasilkan hal yang berbeda kalau tidak dimunculkan. Aku secara tidak sengaja terhanyut dalam semua pemikiran Lyla, aku ikut masuk dalam emosinya. Untuk Juna, aku juga sama tenggelamnya dalam dilemanya.Aku ikut merasakan bagaimana dirinya SANGAT mencintai Lyla dan tidak berkurang sedikitpun. I just love all of it.

Dan yang aku suka adalah bagaimana aku secara tidak sadar membandingkan antara sifat mereka ketika pacaran dan ketika putus. Ketika pacaran, semua hal terasa seperti kebiasaan dan biasa. Karena satu kelas dan satu sekolah, maka keberadaan Lyla tidak akan pernah jauh dari Juna. Juna lebih mudah mengawasi dan memperhatikan Lyla karena gadis itu akan selalu di dekatnya. Yang menjadi kebiasaan itu luar biasa adalah ketika mereka jauh, Juna jadi sulit untuk mengerti tentang Lyla. Ia tidak bisa membaca pikiran Lyla karena mereka jarang bertemu. Ia mengharapkan kebiasaan yang sama. Kebiasaan itu yang membuatnya tidak bisa jauh satu sama lain. (aku pingin tahu bahkan sampai mereka nikah which it so impossible)

Keadaan itu tentu hal yang menyakitkan, tidak bisa mengerti satu sama lain padahal dilain sisi ia membutuhkan salah satunya. Aku suka sifat overprotektif dan posesifnya Juna yang tidak membebani. Aku sangaaaat suka ketika ia ingin Lyla mempertahankannya dan tidak menganggap dirinya sebagai beban untuknya.

"Even if you're a burden. You're the only one I don't mind bearing."

That words is the key!


Orizuka sukses bikin aku nangis karena keinginan Juna yang begitu besar mempertahankan hubungan mereka, dan sesuatu yang begitu ingin di dengar Lyla. Satu-satunya jawaban dan penghapus terbaik yang membuat Lyla memikirkan segala kegundahannya sebagai beban menjadi keberanian karena itulah yang ternyata Juna inginkan. Pengertian yang tiba setelah konflik dan keinginannya yang super so sweeeet.. That's really too good to be true.


5 of 5 for orizuka's part

Pokoknya sukaaa suka sukaaaaa banget sama cerita yang ini. Aku harap ada cerita kisah macam ini tapi di buku yang terpisah. Aku mengharapkah lebih di hubungan macam ini. Bagaimana setelah mereka jadian lagi? I really wonder about it. Will it be something different?




Comments

Popular posts from this blog

Menyelami Seni dalam Kejiwaan pada buku "Psikologi Seni"

The Magic Of You by Johanna Lindsey (Malory-Anderson Family #4)

Devil in Winter (Wallflowers #3)