Review: Lola and the Boy Next Door

Lola and the Boy Next Door

My rating: 4 of 5 stars

bagusss bagus, cm masih lebih suka yang pertama. karena ceritanya kali yaa..

maksudku karena aku tipe yang lebih suka lihat heroinnya yg sakit hati dan disini heroinnya yg ngefriendzone si hero jadi kadang gak bisa ikut ngerasain sedihnya di hero.

anyway, review lengkap menyusul


Lanjut----


Oke, jadi di Lola and the Boy Next Door, sesuai dengan judulnya lebih bercerita tentang tetangga rumah sebelah yang itu adalah hmm... sahabat dan teman sepermainan Lola. Sejujurnya aku suka sama chemistry mereka berdua, aku paling suka waktu Lola tiba-tiba ada di dormnya si Cricket sok-sok cari alasan padahal dia kangen. Ya begitulah, karena masa lalunya yang nggak begitu bagus sama dua bersaudara Bell, Lola selalu berusaha mengusir perasaannya yang menyukai Cricket dan terus memaksa dirinya untuk lebih fokus kepada pacarnya. Aku suka sama cara pandang Cricket yang jujur kepada Lola, dan aku suka sifatnya yang humble, ramah, menyenangkan, lucu, dan lain-lain yang baik-baik dan menyenangkan. Wajarlah kalau dia sebenernya emang tipe cowok idaman gitu. Tapi agak lucu juga karena Cricket bisa dibilang nggak pernah pacaran dan itu bikin meleleh banget karena dia berarti emang fokus banget suka sama Lola aja.

Aku juga suka waktu Lola cemburu karena di kamar Cricket ada cewek lain, yaaah... setidaknya perlulah ia sekali-sekali sakit hati, dan perlakuan Cricket pada saat itu sih menurutku manis. Anyway, beberapa hal aku nggak setuju sama cerita antara Lola dan Max. Maksudnya, oke Max lebih tua 5 tahun dari dia, tapi sebenernya aku nggak keberatan sama karakter Max, dan di awal, walaupun dia nggak begitu disukai oleh keluarga Lola, sebenernya karakter dia itu potensial untuk dikembangkan... bukan sebagai antagonis. Banyak kok cerita-cerita yang heronya itu nggak diterima keluarga karena latar belakang, dan banyak juga cerita yang heronya itu jauh lebih tua. Bukan maksudku nggak suka sama Lola dan Cricket ya, because I absolutely only supported both of them. Cuma kayaknya peletakkan karakternya si Max ini agak kurang jahat, jadi aku agak kasian aja gitu sama dia karena Lola diam-diam selingkuhin dia.

Oya, mungkin karena secara subjektif aku sendiri nggak begitu mendukung kalo heronya digantunginnya, aku lebih suka Anna and the french Kiss karena disitu Anna yang digantungin dan banyak kasiannya sampe rasanya pingin meluk. Di Lola and the boy next door ini aku pingin banget meluk Cricket karena cuma bisa berharap-harap padahal Lola lebih suka cowok lain (dari sudut pandang Cricket ya) trus Cricket juga nggak ada masalah cuma jadi temennya Lola, yah itu juga nggak masalah sih. Tapi sebagai heroin, emm... aku kurang begitu setuju adanya orang ketiga disisi Lola, konfliknya nggak terasa tegang aja gitu, malah agak sebel soalnya dia jadi yang kayak jahat bagnet sama Cricket. Eh tapi untung bagian nggak sukanya nggak banyak sih, lebih banyak aku menikmati cerita di novel ini, pertengkaran Cricket dan Lola, trus tentang keluarga Lola sendiri, tentang Lola dan kembaran Cricket, banyak momen yang tetap menyenangkan dalam novel ini sehingga hal-hal seperti orang ketiga itu hanya menjadi sekian persen hal yang menggangguku. Syukurlah Lola akhirnya sadar juga siapa the one buatnya.

Comments

Popular posts from this blog

Menyelami Seni dalam Kejiwaan pada buku "Psikologi Seni"

The Magic Of You by Johanna Lindsey (Malory-Anderson Family #4)

Devil in Winter (Wallflowers #3)