Review: Tiga Belas Jiwa

Tiga Belas Jiwa Tiga Belas Jiwa by Salspisang
My rating: 5 of 5 stars

Novel 13 Jiwa menyoroti kehidupan 13 tenaga kesehatan yang bekerja di sebuah rumah sakit jiwa. Mereka membentuk sebuah lingkaran persahabatan yang erat, meskipun masing-masing memiliki karakter yang sangat berbeda—unik, kompleks, dan menarik untuk diikuti.

Dari ke-13 karakter ini, hanya 7 tokoh yang diceritakan melalui sudut pandang (POV) langsung. Aku belum tahu apakah akan ada kelanjutannya (mungkin 13 Jiwa #2), tapi menurutku, 7 POV ini saja sudah cukup memadatkan isi cerita dan membuatnya hidup.

Yang aku paling nikmati disini adalah bagaimana narasi dari tiap tokoh benar-benar mencerminkan kepribadian mereka. Gaya bercerita penulis sangat mengalir, dan mampu membedakan tiap karakter dengan kuat. Meskipun mereka semua bekerja di bidang kesehatan jiwa, mereka juga sama-sama manusia biasa yang punya luka-luka batin, konflik keluarga, dan berbagai dinamika personal yang tidak kalah emosionalnya.

Rumah sakit jiwa dalam cerita ini diposisikan sebagai tempat kedua para tokoh "pulang" selain rumah, tempat kerja, tempat pelarian, dan juga tempat mereka berproses. Dan meskipun ini bukan novel romansa, ada sisipan-sisipan kisah cinta yang manis dan tidak berlebihan, yang untuk membuat cerita terasa hangat dan menyentuh.

Latar rumah sakit jiwanya juga terasa kuat dan detail. Aku bisa merasakan bahwa penulis benar-benar melakukan riset untuk menulis novel ini. Banyak istilah dan pembahasan tentang kesehatan jiwa, mental health, hingga sisi psikologis dari para tokoh yang dijelaskan dengan cara ringan, tidak menggurui, dan tetap bisa dipahami oleh pembaca awam sepertiku.

Nah, selain narasinya yang enak diikuti dan bikin cerita terasa mengalir, salah satu hal yang paling aku nikmati dari 13 Jiwa ini juga adalah unsur komedinya. Ada banyak momen komedi tongkrongan yang berhasil bikin aku senyum-senyum sendiridan. Komedianya bagiku terasa natural, sebagaimana obrolan sehari-hari antara teman lama yang udah terbiasa nongkrong bareng. Dinamikanya hidup, bromancenya menghangatkan dan khas persahabatan laki-laki yang solid.

Menariknya, meskipun mereka bersahabat dalam satu circle, novel ini tetap realistis. Penulis tidak kemudian memaksakan mereka harus selalu muncul bersama. Justru sebaliknya, kita diperlihatkan bahwa karena mereka punya kesibukan dan ritme kerja yang beda-beda sebagai tenaga kesehatan, wajar kalau mereka tidak bisa terus-terusan bersama. Hal ini menurutku berhasil membuat cerita justru terasa realistis tapi tetap mampu menunjukkan kekuatan hubungan tokoh-tokohnya.

Novel Tiga Belas Jiwa ini adalah sebuah pengalaman yang menyenangkan. Tidak terburu-buru. Nyaman untuk dibaca pelan-pelan sambil menikmati dinamika tiap tokohnya. Dan makin dibaca, rasanya seolah aku juga ikut duduk bersama mereka, jadi bagian dari circle itu. Aku merasa ditemani.







View all my reviews

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Magic Of You by Johanna Lindsey (Malory-Anderson Family #4)

Review: Critical Eleven - Ika Natassa

Menyelami Seni dalam Kejiwaan pada buku "Psikologi Seni"